Duri-duri dakwah hari ini akan menjadi bunga yang cantik esok hari... Jadi, Niatkan kita sebagai Petani bunga dengan Natamatt'u bi Mata'ibid da'wah Walaa Natamatta' Bimakaasibihaa "bersenang-senang dengan beban da'wah & Tidak bersenang-senang dengan hasil da'wah"...

Sabtu, 21 Februari 2009

Bersadandar Pada Dzat Yang Tak Pernah Mengecewakan

Saat siang berganti malam dan saat matahari tenggelam kemudian timbullah rembulan. Duhai malam temani aku dalam rasa berbisik lara seperti terengah-engah di kejar suatu peristiwa buruk. Inikah kasih sayang yang diberikanNya kepadaku menyelami diriku setegar karangkah, sesabar Nabi Yusufkah?
Aku seperti diteror pada suatu masa membeku sekeras es kemudian menggigil saat kutahu setiap pertanyaan terlontar dari batinku, berdosakah aku? Kelalaian apa yang telah kulakukan? Apakah Ia begitu marah padaku?
Aku mengadu pada setiap tetesan air mata, setiap keringat yang menetes, setiap hatiku bergemuruh meminta kepadaNya, ampuni dosa-dosa yang telah aku perbuat dan belum kuperbuat, jangan jauhkan aku dari-Nya karena setiap detikpun tanpa-Nya aku hanyalah puing-puing tak berharga.
Detikpun berganti cukuplah aku mengaduh lemah tak berdaya karena derita bukanlah akhir dari kehidupan. Biarkan kumencari sesuatu yang belum pernah kutemui, petualangan ini belum berakhir karena tujuan yang kuinginkan belum terpenuhi.

By : Aisyah

Sabtu, 14 Februari 2009

Lucu Ya...!!!

Dikutip dari sebuah buku yang berjudul Refresh Your Life.. menjadikan renungan buat kita semuanya…

Lucu ya … Uang Rp 20 ribu jadi sangat besar ketika berada di kotak amal masjid dan terasa sangat kecil ketika dibawa di supermarket.

Lucu ya … Pertandingan bola 45 menit terasa begitu cepat berlalu daripada khotbah Jum’at yang cuma beberapa menit aja.

Lucu ya … Kita ngerasa berat banget ngebaca 1 juz Al-Qur’an, tapi terasa begitu mudah dan ringannya ketika kita membaca novel best seller setebal 100 halaman.

Lucu ya … kita harus memasukkan ke agenda kegiatan kita 3-4 minggu sebelum acara kajian keIslaman, dan begitu mudahnya kita mengubah jadwal untuk hal-hal lain.

Lucu ya … kita begitu sulitnya merangkai kata-kata indah untuk memanjatkan doa kepada Allah, padahal begitu mudahnya kita merangkai kata saat ngobrol bareng teman-teman.

Lucu ya … perpanjangan waktu sepakbola terasa begitu nikmat, sedangkan kadang kita menggurutu ketika iman memanjangkan bacaannya dalam shalat Tarawih.

Lucu ya … kita berebut untuk dapat tempat paling depan sewaktu nonton bola ataupun konser, tapi kita berusaha nyari tempat paling belakang pas shalat Jum’at agar kita cepat keluar.

Jadiin renungan ya…

Jumat, 13 Februari 2009

Al-Qur'an & Hadist

“Seseorang di antara kalian akan berbicara langsung dengan Tuhannya, padahal di antara dia dengan Tuhannya tidak ada juru bahasa. Kemudian ia melihat ke kanan, tiada terlihat kecuali amal yang pernah diperbuatnya. Ia melihat ke kiri tiada terlihat kecuali amal yang pernah diperbuatnya; dan ia melihat ke depan, tiada yang terlihat kecuali api yang tepat di depannya. Maka hindarilah oleh kalian siksa api neraka walaupun dengan bersedekah saparuh biji kurma” (HR. Bukhari dan Muslim)


“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu' yaitu' orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (QS Al-Baqarah 45:46)

Jalan Juang

Sabarlah wahai saudaraku, tuk mengagapai cita ...

Jalan yang kau tempuh sangat panjang, tak sekedar bongkah batu karang..

Yakinlah wahai saudaraku, kemenangan kan menjelang.

Walau tak kita hadapi masanya, tetaplah al-haQ pasti menang..

Tanam di hati, benih iman sejati berpadu dengan jiwa rabbani.

Tempa jasadmu jadi pahlawan sejati, tuk tegakkan kalimat ilahi..

Pancang tekadmu jangan mudah mengeluh, pastikan asamu smakin meninggi ...

Kejayaan islam bukanlah sekedar mimpi, namum janji Allah yang akan pasti..

Sumber : Lirik Lagu Izzis ; Jalan Juang

Tetesan Air Mata

Rasullulah bersabda, "Tiada suatu yang lebih kusukai dari dua tetesan, yaitu tetesan darah yang tumpahan darah karena jihad fisabilillah dan tetesan air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah" (HR Turmudzi). Dalam riwayat lain, "Tiada setetes yang lebih disukai Allah 'Azza wajla daripada setetes darah di jalan Alla". (HR Aththahawi). Betapa mahalnya tetesan air mata yang mengalir itu karena ibadah, tetesan air mata itu menjadi benda berharga. Di tengah-tengah kehidupuan yang serba mekanis dan teoritis, fatwa-fatwa pun sudah tidak terdengar bijak dan nyaman untuk didengar kita. Fatwa itu tidak menyentuh lagi, karena banyak yang diobral dan menggombal, bahkan diintrik-intrik oleh muatan politik. Hampir saja kita kehilangan potensi diri.

Di tengah-tengah kehidupan itu, pernahkah kita, barang sekali, menjerit, menumpahkan air mata ketika kita bangun di tengah malam, mengadukan hidup yang penuh dengan nista dan dosa ini kepada Dia yang Maha Rahmat? Ibarat tanah yang gersang, padang yang kering semua, tetumbuhan yang layu, maka datanglah rintik hujan jatuh dari langit, begitulah air mata penyesalan, air mata kerinduan, air mata manusia yang tawadhu' dan para penaka yang bertaubat, bagaikan menghapus 'kegersangan' jiwa yang nista tadi. Jiwa yang layu menjadi tegak dan tumbuh kembali optimisme, kegelisahan qalbu yang gersang dengan bergagai nista, kini pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus.

Rasullulah Saw. kekasih Allah, merengguk menumpahkan air mata, karena penuh harap untuk jumpa denga-Nya? Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq ra. senantisa menangis ketika menegakkan shalat? Mereka adalah manusia pilihan Allah. Mereka adalah orang-orang yang punya derajat tinggi di depan Allah.Dalam Suatu hadits seusai shalat (fardu) Rasullullah Saw. beristighfar kepada Allah tiga kali, "Ya Allah Engkau Maha Pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkaulah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Rabb yang Maha Memiliki keagungan dan kemulyaan." (H.R.Muslim).

Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita seperti manusia pilihan Allah itu? Tatkala kita lahir, kita menangis dan orang-orang di sekeliling kita tertawa terbahak-bahak bahagia karena menyambut kedatangan kita, maka ketika kita mati nanti, jadikanlah kita tertawa bahagia karena akan jumpa dengan Allah Sang Maha Kekasih, walaupun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu karena kehilangan anggota keluarga yang mereka cintai.

Sesungguhnya, menangis di dunia itu lebih baik bagi kita ketimbang kita menangis di akhirat nanti. Sebab itu, sudah sepantasnyalah setiap kita waspadai diri, agar kita terhindar dari kegersangan jiwa yang nista, agar kita terhindar dari tipe manusia yang tidak tahu bertaubat. Padahal Rasulullah bersaba, "Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang menangis karena takut kepada Allah" (HR.Tirmidzi dan Abu Hurairah ra).

Kita mengarungi samudra dunia, bukan untuk tenggelam terpikat oleh ilusi fatamorgana. Kayuhlah biduk kehidupan kita, dan seberangi samudra dunia untuk mencapai tujuan abadi surgawi. Kerahkan seluruh potensi untuk tetap survive dalam perjuangan menembus badai samudra, sesekali kita boleh menyelam, tetapi ingatlah! Tujuan kita bukan untuk mati tenggelam, tetapi tujuan kita yang hakiki adalah mencapai pantai kebahagiaan sebagai ultimate goal dari segala makna yang kita berikan untuk kehidupan.

Kita tengok wajah kita setiap hari di muka cermin, bersolek dan hiasi tubuh kita, tetapi jangan lupa menengok pigura ruhani kita. Hiasi dan percantik qalbu itu, adakah hari ini iman kita lebih baik dari hari kemarin? Adakah prestasi amal kita lebih baik menyongsong hari-hari yang semakin singkat dan pendek. Lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang! Tergolek abadi menanti pengadilan akhir dari kehidupan yang panjang.

Ya Allah apa yang telah diperbuat oleh hamba selama ini? Jawabannya ada dalam dada masing-masing. Apakah hamba hanya mengumpukan dosa dan menanti kematian? Jawabannya, entahlah, hati kita yang menjawab dengan lancar walaupun lidah terdiam malu. Anas ra. berkata, "Pada suatu hari, Rasullulah Saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah seperti ini, lalu beliau bersabda, 'Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.' Mendengar ucapan Rasullullah ini, seluruh sahabat menutup mukanya masing masing sambil menangis tersedu-sedu" (HR.Bukhari- Muslim).

Alah berfirman dalam QS an-Najm ayat 59-60, "Apakah setelah mendengar keterangan ini, engkau merasa heran lalu tertawa dan tidak menangis?" Selanjutnya dalam QS al-Isra: 109, Allah berfirman, "Dan sujudlah/tersungkurlah mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusuk." Oleh sebab itu, menangislah sebelum datang hari dimana engkau akan ditangisi.

Sumber : D. Rofieq Yunus (Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Cairo-Mesir)

Dia Rasulullah S.A.W Insan yang Terpuji

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin malik, Rasulullah shollallahu 'alahi wa sallam bersabda, "Alangkah rindunya aku untuk berjumpa dengan saudara-saudaraku." Lalu seorang sahabat bertanya, "Bukankah kami-kami ini saudaramu ya Rasul?" Rasul menjawab, "Benar, kalian adalah sahabat-sahabat/saudaraku. Adapun yang kumaksud adalah dengan saudara-saudaraku itu adalah kaum yang datang sesudahku dan beriman kepadaku padahal mereka tidak pernah berjumpa denganku."

SubhanAllah... Dari ucapannya melalui hadits di atas, beliau sebegitu rindunya pada kita-kita ini ummatnya yang hidup jauh dari masanya dan rindunya itu menurut saya adalah sebuah penghargaan untuk kita. Beliau menghargai kita karena sampai saat ini kita masih beriman padanya walau tanpa pernah sekalipun berjumpa secara langsung menatap wajahnya. Begitulah Rasulullah manusia special yang dimulaikan Allah dengan segala budi pekertinya yang amat luhur dan terpuji, sesuai dengan namanya "Muhammad" yang memiliki arti "insan yang terpuji".

Di sisi lain beliau juga tidak hanya rindu pada kita ummatnya, tapi sangat peduli. Coba saja kita ingat cerita pada akhir hidupnya ketika ajal menjelang, beliau amat mempedulikan ummatnya. Pada detik-detik terakhir ruh akan lepas dari raga, lisannya berucap "ummati...ummati...ummati". Sungguh peristiwa itu sebuah pemandangan diluar kebiasaan manusia umum, disela-sela rasa sakit, beliau Nabi shollallahu 'alahi wa sallam. masih sempat terfikir akan keadaan ummatnya selepas beliau wafat. Bayangkan...andai kita saat itu sempat menyaksikan peristiwa tsb, sudah pasti itu akan menjadi salah satu peristiwa yang amat mengharukan dalam sejarah hidup kita.

Masih dalam keadaan sakaratul mautnya, dari peristiwa itu juga kita bisa lihat kecintaan Rasulullah pada ummatnya. Saat badan mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi, dari bibir yang senantiasa basah menyebut asma-Nya, terucap sebuah permohonan yang amat memilukan hati "Ya...Allah, dasyat nian maut ini. Timpakan saja semua maut ini (baca:rasa sakitnya) kepadaku, jangan pada ummatku". SubhanAllah...sungguh terpuji akhlaqmu ya rasul.

Tapi apa yang terjadi saat ini ?! mungkin di antara kita masih ada yang biasa-biasa saja terhadap Rasulullah. Sholawat jarang terlantun dari lisan dan kerap kali meninggalkan sunnah-sunnahnya. Bukan kah sejatinya kita pun merasa rindu dan berterima kasih padanya dengan memperbanyak sholawat dan selalu berusaha menjalankan sunnah-sunnahnya dengan baik. Karena bisa dibayangkan keadaan kita saat ini tanpa Rasulullah hadir di dunia ini, pastinya kita akan hidup dalam kegelapan, arah tujuan hidup tidak jelas dan akhlaq kita pun akan jauh dari nilai-nilai kemuliaan.

Pada hadits lain Rasulullah shollallahu 'alahi wa sallam bersabda : "Manusia yang paling mengabaikan aku, adalah orang yang apabila disebut namaku dihadapannya, dia tidak bershawat kepadaku. Shalawat kepadaku dan kepada keluargaku menghilangkan kemunafikan". Oleh karena itu mari kita perbanyak bersholawat pada Rasulullah ! seperti yang sudah sama-sama kita tau bahwa sholawat akan mendatangkan syafa'at di Yaumil Akhir nanti ?! jelasnya syafa'at itu adalah pertolongan. Nanti di kala amal baik kita kurang dan karena sebab itu kita tidak memenuhi syarat untuk masuk ke syurga. Tapi bila kita mendapat syafa'atnya, keadaannya akan lain...kita akan menjadi orang yang beruntung bisa terhindar dari jilatan api neraka yang amat panas.

Kembali pada hadits yang pertama tadi di atas. Ketika pertama kali saya mengetahui hal itu, rasa kagum kian bertambah pada Rasulullah dan tak berhenti hanya di situ, banyak lagi kisah-kisah dari perjalanan hidup beliau yang amat memukau. Salah satunya sekelumit kisah yang akan saya ceritakan ini, yaitu perjalanan Isra Mi'raj baginda Nabi Muhammad S.A.W dimana kala itu Nabi berjumpa dengan Allah S.W.T. dan berdialog langsung dengan-Nya.

Dialog tsb diabadikan di dalam bacaan Sholat pada bacaan Tahiyyat. Berikut ini potongan cerita perjalanan nabi pergi menuju langit ke Tujuh (Sidratul Muntaha). Perjalanan beliau kesana mengendarai Buraq dan pada akhir perjalanan nabi menjadi hanya seorang diri untuk masuk menuju ke Sidratul Muntaha, pasalnya para malaikat tidak mampu lagi mengantarkannya, bahkan ketika malaikat Jibril diminta untuk mengantar, ia berkata "Aku tidak mau ikut lagi, sebab kalau aku ikut, sayapku akan terbakar".

Sebelum rasulullah sampai ke tempat itu, beliau menyaksikan kebesaran Allah yang meliputi Langit dan Bumi. Lalu setibanya rasul disana, beliau pun melakukan penghormatan dengan berucap "Attahiyyatul mubarakatush showatuth thayyibatul lillah" artinya : "Segala Kehormatan, Keberkahan, Kebahagian dan Kebaikan hanya milik Allah saja. Lalu Allah berkata pada rasulullah "Assalamu'alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh" artinya : "Salam Rahmat dan Berkah-Nya aku tujukan kepadamu wahai nabi (nabi muhammad)". Bisa kita bayangkan, betapa bahagianya nabi muhammad mendapat salam langsung dari Allah SWT.
Tapi setelah Rasulullah mendengar salam dari Allah, apa yang terjadi selanjutnya...??? ini yang membuat saya terkagum-kagum, ketika Allah memberikan salam-Nya pada Nabi dengan salam itu tadi, Nabi tidak begitu saja ingin berbahagia sendiri, tapi ia ingat pada ummat-ummatnya. Lalu Nabi pun berucap pada Allah "Assalamu'alaina wa'ala ibadillahi sholihin" artinya : "Salam Keselamatan semoga tetap tercurah untuk hamba-hamba yang Sholeh", melalui jawabannya itu Rasulullah tidak menginginkan kesejahteraan dari salam Allah tadi dilimpahkan hanya pada dirinya saja, tapi ia ingin menyebarkan kesejahteraan itu kepada semua hamba-hamba Allah yang sholeh. SubhanAllah....begitulah kecintaan Rasulullah pada ummat-ummatnya.

Dari kisah-kisah di atas dan kisah-kisah lain dari perjalanan hidup Rasulullah, sebagai manusia yang masih mau mendengarkan hati nurani, pastilah akan terkagum-kagum. Terutama kita sebagai seorang muslim harus merasa berterima kasih pada baginda Nabi Muhammad shollallahu 'alahi wa sallam dengan memperbanyak sholawat serta selalu berusaha menjalankan sunnah-sunnahnya dengan baik, dengan harapan akan mendapat syafa'atnya kelak nanti di yaumil akhir.

Bila diluar sana ada sekian banyak orang yang melecehkan dan menghina Rasulullah, saya yakin mereka sedang melawan hati nuraninya yang dengan sengaja menegatifkan (negative thinking) cara pandang dan berfikirnya ! kenapa begitu, pastinya mereka memang membaca kisah yang sebenarnya dan secara hati nurani, awalnya mereka juga terkagum akan pribadi yang menawan dari Rasulullah. Tetapi karena ada faktor-faktor tertentu hingga membuat mereka berlaku tidak senonoh seperti itu terhadap kanjeng Nabi Muhammad shollallahu 'alahi wa sallam dan tentu saja atas tindakan mereka itu ummat muslim diberbagai belahan dunia yang menyaksikan hal tsb menjadi amat berang - marah sekali tidak terima sang panutannya itu dihina.

Begitu pun saya sama dengan ummat muslim lainnya amat kesal dan marah sekali pada mereka yang telah menghina baginda Nabi Muhammad shollallahu 'alahi wa sallam dan dalam suasana hati yang panas, saya inginnya Allah S.W.T mengutuk dan melaknat mereka ! tapi bila masih mungkin, terangilah hati nurani mereka ya Allah dengan cahaya-Mu agar mereka teguh dalam melihat kebenaran, aamiin.

Meskipun demikian bila toh Nabi Muhammad hidup dimasa kini dan mendengar atau bahkan melihat sendiri dihinaan yang ditujukan padanya, kekasih Allah yang mulia itu (baca:Nabi Muhammad) pastinya akan sangat arif sekali menyikapi hal itu. Seperti kisah ini, ketika itu nabi shollallahu 'alahi wa sallam dilempari dengan kotoran hewan dan beliau dikatai dengan sebutan "gila". Malaikat jibril yang mendengar hinaan itu, membuatnya marah besar, konon sampai berkata pada Rasulullah...ia akan memindahkan gunung untuk ditimpakan pada mereka yang telah mengina Nabi ! tapi Rasulullah tidak tertarik dengan tawaran itu dan dengan tersenyum beliau berkata "sudahlah jibril, tidak apa-apa aku ikhlas. Mereka bersikap seperti itu, hanya karena tidak mengerti".

SubhanAllah...begitu luhur budi pekertinya ! sampai dunia berakhir nanti, niscaya tidak akan ada orang yang mampu menandinginya. Mari kita bersholawat padanya "Allahumma sholli wassalim 'ala saidina Muhammadin wa 'ala ali saidina Muhammad".


Sumber : wibowo

Kamis, 12 Februari 2009

Surat Cinta Untuk Saudariku (Ummu Sa'id)

Penulis: Ummu Sa’id
Muroja’ah: Ustadz Subkhan Khadafi

Tulisan ini bermula dari rasa gembiraku ketika seorang yang biasa kupanggil adek mulai bersemangat memakai kaus kaki untuk menutupi aurat, sebagaimana halnya rasa gembira ketika dulu dia bercerita tentang jilbab yang tebal dan juga tentang rok.

“Mmm… yang dulu suka panjat tali sekarang mulai demen sama rok…”

Semoga niatan ini bukan api yang membara di awal lalu kemudian padam. Semoga dengan tekad yang kuat dan kesungguhan, Allah memudahkan untuk istiqomah dan terus memperbaiki diri.

Saudariku,
Sungguh nikmat yang besar, Allah telah menjadikan kita bersaudara di atas ikatan iman.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai saudara yang saling menyayangi di atas ikatan tersebut.

Saudara yang menghendaki kebaikan satu sama lainnya.

Saudara yang tidak menginginkan ada keburukan pada satu sama lainnya.

Bersama rasa cintaku aku membuat tulisan ini…
Semoga Allah mendatangkan manfaat, menjadikannya bekal untuk dunia dan simpanan untuk akhirat.

Saudariku,
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Robb yang telah menciptakan kita dari setetes mani,
Robb yang juga telah menciptakan ibu kita, bapak kita, dan orang-orang yang kita sayangi,
Robb yang telah memberi rizki pada kita sampai kita sebesar ini,
Robb yang telah memberi hidayah Islam -sebuah nikmat yang sangat besar yang tidak ada nikmat yang lebih besar dari nikmat ini-
Robb yang telah memberi kita banyak sekali nikmat,
Robb yang telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang taat,
Robb yang juga telah mengancam dengan neraka bagi yang enggan untuk taat,
Robb yang janji-Nya haq, yang tidak pernah menyalahi janji,
Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya,

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,

“Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”

Di dalam hadis lain terdapat tambahan:

“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jam As-Shaghir hal. 232, dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh muslim dari riwayat Abu Hurairah)

Saudariku,
Masih akrab dalam pandangan kita, saudari-saudari kita keluar rumah dengan membuka auratnya. Beberapa diantaranya sangat “memperhatikan” penampilannya.
Mulai dari merk baju yang berkelas, model yang up to date,
Bahkan diantaranya kita lihat baju yang sempit dan serba pendek,
celana yang juga serba pas-pasan,
rambut direbounding,
alis yang “dirapikan”,
lipstik tipis warna pink,
minyak wangi yang mmmm…
*mungkin karena belum tahu*

Saudariku,
Apa yang kita dapat dari semua ini?
“cantik”?
“aduhai”?
“modis”?
“gaul”?
“tidak ketinggalan jaman”?
atau mungkin sekedar untuk bisa percaya diri ketika keluar rumah dan berhadapan dengan orang-orang?

Memang banyak yang akan melihat “WAH” pada wanita yang berpenampilan seperti ini sehingga menyebabkan beberapa di antara kita tertipu dan bahkan berlomba untuk menjadi yang “terhebat” dalam masalah ini.

Tetapi saudariku,
Saya ingin mengajak kita untuk menjadi seorang muslimah yang sejati!
Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan apa yang mereka pamerkan dari tubuh dan kecantikan mereka.
Tidak perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan merk yang ada pada baju-baju mereka.
Sungguh! Kain sepuluh ribu per meter dari Pasar Bering lebih mulia jika kita memakainya dalam rangka ketaatan pada Allah,
Robb yang telah menciptakan kita,
Robb yang telah mensyariatkan jilbab untuk kita.
Duhai…
Pakaian mana yang lebih mulia dari pakaian ketaqwaan?

Adalah nikmat yang besar ketika kita masuk Islam.
Seseorang dinilai bukan lagi dari tulisan (baca: merk) apa yang tertempel di bajunya, atau dari seberapa mancung hidungnya, seberapa cantik wajahnya, seberapa elok parasnya, seberapa anggun bersoleknya.
Tapi seseorang dinilai dari apa yang ada dalam hatinya, apa yang diucap oleh lisannya, dan apa yang diperbuat oleh badannya.
Ya!
Seseorang dinilai dari ketaqwaannya.
Jadi tidak perlu lagi kita bersibuk-sibuk untuk pamerkan kebolehan tubuh dan kecantikan.

Saudariku,
Tidakkah kita melihat jajanan yang ada di emperan?
Terbungkus dengan ala kadarnya,
semua orang bisa menjamahnya,
atau bahkan mencicipinya.
Bahkan seringkali yang mencicipi adalah orang iseng yang tidak benar-benar bermaksud untuk membeli. Setelah mencicipinya, dia letakkan kembali kemudian dia tinggal pergi.
Bukan hanya orang iseng, bahkan lalat-lalat pun mengerumuninya.
Berbeda dengan makanan berkualitas yang terbungkus rapi dan tersegel.
Terjaga dan tidak tersentuh tangan-tangan iseng.

Di antara keduanya, kita lebih memilih yang mana?
Tentu yang kedua.
Jika untuk makanan saja demikian, maka lebih-lebih lagi kita memilih untuk diri kita sendiri.

Saudariku,
Demikian juga keadaannya seorang lelaki yang baik-baik.
Dia akan memilih wanita yang menjaga kehormatannya,
yang kecantikannya tidak dia pamerkan.
Tidak dia biarkan dinikmati oleh banyak orang.
Yang demikian adalah karena wanita yang menjaga auratnya lebih mulia dari pada wanita yang memamerkan auratnya.

Wahai saudariku,
Bahkan lelaki yang sholeh berlindung pada Allah dari godaan kita.
Wanita adalah godaan yang besar bagi lelaki.
Pada umumnya lelaki itu lemah terhadap godaan wanita.
Maka sebagai wanita, jangan malah kita menggodanya!
Tetapi kita bantu mereka untuk bisa menjaga pandangan dan menjauh dari maksiat.
Sukakah kita jika kita menjadi sebab pemuda-pemuda tergelincir dalam kemaksiatan?
Menjadi penyebar fitnah dan perusak generasi?

Saudariku yang aku cintai,
Berat hati ini melihat hal seperti ini terjadi pada saudari kita…
Allah telah memuliakan kita dengan mensyari’atkan jilbab untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan membiarkan aurat terbuka? Secara tidak langsung, ini berarti membiarkan diri menjadi objek pemuas syahwat yang bisa dinikmati sembarang orang.

Allah telah memuliakan kita dengan mensyariatkan jilbab untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan keluar dari ketaatan?

Wahai saudariku,
Kembalilah!
Kembalilah dalam ketaatan sebelum terlambat!
Kematian bisa datang kapan saja.
Bukankah kita ingin meninggal dalam ketaatan?
Bukankah kita tidak ingin meninggal dalam keadaan bermaksiat?
Bukankah kita mengetahui bahwa Allah mengharamkan bau surga bagi wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang?
Berpakaian tapi tidak sesuai dengan syariat maka itu hakekatnya berpakaian tetapi telanjang!
Tidakkah kita rindu dengan surga?
Bagaimana bisa masuk jika mencium baunya saja tidak bisa?

Saudariku,
Apalagi yang menghalangi kita dari syari’at yang mulia ini?
Kesenangan apa yang kita dapat dengan keluar dari syari’at ini?
Kesenangan yang kita dapat hanya bagian dari kesenangan dunia.
Lalu apalah artinya kesenangan itu jika tebusannya adalah diharamkannya surga (bahkan baunya) untuk kita?
Duhai…
Apa yang hendak kita cari dari kampung dunia?
Apalah artinya jika dibanding dengan kampung akhirat?
Mana yang hendak kita cari?

Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Semoga Allah menjadikan hati kita tunduk dan patuh pada apa yang Allah syariatkan. Dan bersegera padanya…

Saudariku,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.
Lalu jilbab seperti apa yang Allah maksudkan?
Jilbab kan modelnya banyak…
*Semoga Allah memberi hidayah padaku dan pada kalian untuk berada di atas ketaatan dan istiqomah diatasnya*
Iya, saudariku.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui jilbab seperti apa yang Allah maksudkan dalam perintah tersebut supaya kita tidak salah sangka.
Sebagaimana kita ingin melakukan sholat subuh seperti apa yang Allah maksud, tentunya kita juga ingin berjilbab seperti yang Allah maksud.

“Ya… terserah saya! Mau sholat subuh dua rokaat atau tiga rokaat yang penting kan saya sholat subuh!”

“Ya… terserah saya! Mau pake jilbab model apa, yang penting kan saya pake jilbab!”

Mmm…
Tidak seperti ini kan?

Pembahasan mengenai hal ini ada sebuah buku yang bagus untuk dijadikan rurukan karena di dalamnya memuat dalil-dalil yang kuat dari Al Quran dan As Sunnah, yaitu Jilbab al Mar’ah al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah yang ditulis oleh Muhammad Nasiruddin Al Albani. Buku ini telah banyak diterjemahkan dengan judul Jilbab Wanita Muslimah.

Adapun secara ringkas, jilbab wanita muslimah mempunyai beberapa persyaratan, yaitu:

1. Menutup seluruh badan

Adapun wajah dan telapak tangan maka para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama menyatakan wajib untuk ditutup dan sebagian lagi sunnah jika ditutup. Syekh Muhammad Nasiruddin Al Albani dalam buku di atas mengambil pendapat sunnah. Masing-masing pendapat berpijak pada dalil sehingga kita harus bisa bersikap bijak. Yang mengambil pendapat sunnah maka tidak selayaknya memandang saudara kita yang mengambil pendapat wajib sebagai orang yang ekstrim, berlebih-lebihan atau sok-sokan karena pendapat mereka berpijak pada dalil. Adapun yang mengambil pendapat wajib maka tidak selayaknya pula memandang saudara kita yang mengambil pendapat sunnah sebagai orang yang bersikap meremehkan dan menyepelekan sehingga meragukan kesungguhan mereka dalam bertakwa dan berittiba’ (mengikuti) sunnah nabi. Pendapat mereka juga berpijak pada dalil.

*Semoga Allah menjadikan hati-hati kita bersatu dan bersih dari sifat dengki, hasad, dan merasa lebih baik dari orang lain*

2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan

3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis

4. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak dapat menggambarkan bentuk tubuh

5. Tidak diberi wewangian atau parfum

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir

8. Bukan libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas)

“BERAT!
Rambutku kan bagus! Kenapa harus ditutup?
Lagi pula kalau ditutup bisa pengap, nanti kalau jadi rontok gimana?”

“RIWEH!
Harus pakai kaus kaki terus.
Kaus kaki kan cepet kotor, males nyucinya!”

“Baju yang kaya laki-laki ini kan baju kesayanganku! Ini style ku! Kalau pake rok jadi kaya orang lain. I want to be my self! Kalau pakai bajunya cewek RIBET! Gak praktis dan gak bisa leluasa!”

Saudariku,
Sesungguhnya setan tidak akan membiarkan begitu saja ketika kita hendak melakukan ketaatan kecuali dia akan membisikkan kepada kita ketakutan dan keragu-raguan sehingga kita mengurungkan niat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menjadikanku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka, sehingga Engkau akan mendapati kebanyakan mereka tidak bersyukur.” (Qs. Al A’raf: 16-17)

Ibnu Qoyyim berkata “Apabila seseorang melakukan ketaatan kepada Allah, maka setan akan berusaha melemahkan semangatnya, merintangi, memalingkan, dan membuat dia menunda-nunda melaksanakan ketaatan tersebut. Apabila seorang melakukan kemaksiatan, maka setan akan membantu dan memanjangkan angan dan keinginannya.”

Mungkin setan membisikkan
“Dengan memakai jilbab, maka engkau tidak lagi terlihat cantik!”

Sebentar!
Apa definisi cantik yang dimaksud?
Apa dengan dikatakan “wah…”, banyak pengagum dan banyak yang nggodain ketika kita jalan maka itu dikatakan cantik?
Sungguh!
Kecantikan iman itu mengalahkan kecantikan fisik.
Mari kita lihat bagaimana istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shohabiyah!
Apa yang menyebabkan mereka menduduki tempat yang mulia?
Bukan karena penampilan dan kecantikan, tetapi karena apa yang ada di dalam dada-dada mereka.
Tidakkah kita ingin berhias sebagaimana mereka berhias?
Sibuk menghiasi diri dengan iman dan amal sholeh.
Wahai saudariku,
Seandainya fisik adalah segala-galanya, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memilih wanta-wanita yang muda belia untuk beliau jadikan istri. Namun kenyataannya, istri-istri nabi adalah janda kecuali Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Atau… mungkin setan membisikkan
“Dengan jilbab akan terasa panas dan gerah!”

Wahai saudariku,
Panasnya dunia tidak sebanding dengan panasnya api neraka.
Bersabar terhadapnya jauh lebih mudah dari pada bersabar terhadap panasnya neraka.
Tidakkah kita takut pada panasnya api neraka yang dapat membakar kulit kita?
Kulit yang kita khawatirkan tentang jerawatnya, tentang komedonya, tentang hitamnya, tentang tidak halusnya?
Wahai saudariku,
Ketahuilah bahwa ketaatan kepada Allah akan mendatangkan kesejukan di hati. Jika hati sudah merasa sejuk, apalah arti beberapa tetes keringat yang ada di dahi.
Tidak akan merasa kepanasan karena apa yang dirasakan di hati mengalahkan apa yang dialami oleh badan.

Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Semoga Allah memudahkan nafsu kita untuk tunduk dan patuh kepada syariat.

“Riweh pake kaus kaki.”
“Ribet pake baju cewek.”
“Panas! Gerah!”

Saudariku…
Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan meski nafsu kita membencinya.
Setiap ketaatan yang kita lakukan dengan ikhlas, tidak akan pernah sia-sia. Allah akan membalasnya dan ini adalah janji Allah dan janji-Nya adalah haq.

“Celana bermerk kesayanganku bagaimana?”
“Baju sempit itu?”
“Minyak wangiku?”

Saudariku…
Semoga Allah memudahkan kita untuk meninggalkan apa saja yang Allah larang meski nafsu kita menyukainya.
Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Semoga Allah memudahkan kita untuk bersegera dalam ketaatan,
Meneladani para shohabiyah ketika syariat ini turun, mereka tidak berfikir panjang untuk segera menutup tubuh mereka dengan kain yang ada.

Saudariku,
Jadi bukan melulu soal penampilan!
Bahkan memamerkan dengan menerjang aturan Robb yang telah menciptakan kita.
Tetapi…
Mari kita sibukkan diri berhias dengan kecantikan iman.
Berhias dengan ilmu dan amal sholeh,
Berhias dengan akhlak yang mulia.
Hiasi diri kita dengan rasa malu!
Tutupi aurat kita!
Jangan pamerkan!
Jagalah sebagaimana kita menjaga barang berharga yang sangat kita sayangi.
Simpanlah kecantikannya,
Simpan supaya tidak sembarang orang bisa menikmatinya!
Simpan untuk suami saja,
Niscaya ini akan menjadi kado yang sangat istimewa untuknya.

Saudariku,
Peringatan itu hanya bermanfaat bagi orang yang mau mengikuti peringatan dan takut pada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Robb Yang Maha Pemurah walau dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin: 11)

Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mau mengikuti peringatan,
Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang takut pada Robb Yang Maha Pemurah walau kita tidak melihat-Nya,
Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

Kita berlindung pada Allah dari hati yang keras dan tidak mau mengikuti peringatan. Kita berlindung pada Allah, Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang Allah firmankan dalam QS. Yasin: 10 (yang artinya):

“Sama saja bagi mereka apakah kami memberi peringatan kepada mereka ataukah kami tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.” (QS. Yasin: 10)...


Penulis: Ummu Sa’id
Muroja’ah: Ustadz Subkhan Khadafi

Puisi Indah dari Rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan-Nya, bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta dia membalas "perlakuan baikku" dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

Sumber : WS Rendra

Rabu, 11 Februari 2009

Sedikit Tertawa Itu Lebih Baik

Pertanyaan yang pernah diajukan seorang shalih bernama Muhammad bin Wasi Rahimahumullah kepada orang2 di sekelilingnya. "Apakah kalian heran, Jika kalian melihat seseorang menangis di syurga.?, Orang2 yg berada di sekitar Muhammad bin Wasi menjawab Pasti, Tentu saja Kami HEraN wahai Syaikh, Lalu Muhammad bin Wasi mengatakan, Seharusnya kita lebih heran bila melihat seseorang yg masih hidup di dunia tertawa terbahak, sementara ia belum tahu bagaimana akhir perjalanannya di Akhirat kelak.

AL FIRQOTUN NAAJIYAH

  1. Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya. Yaitu Al-Qur'anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya: "Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga)." (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami')
  2. Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah: "Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya." (An-Nisaa': 59). "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisaa': 65)
  3. Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya, realisasi dari firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).
    • Ibnu Abbas berkata: "Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, 'Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, sedang mereka mengatakan, 'Abu Bakar dan Umar berkata'." (HR. Ahmad dan Ibnu 'Abdil Barr)

    Parodi Lirik Nasyid Gondes

    Hai Mujahidahku maju ke hadapan,
    Jagalah pandangan, karna banyak Ikhwan…
    Perjuangan lebih ringan dengan bantuanmu,
    Kiprah dakwahmu mampu menyejukkan hatiku...


    Jangan bimbang ragu membaca dataku,
    Hapus bayang semu tentang usiaku…
    Orangtuaku telah ridha memberi restu,
    Mereka tak sabar lagi untuk punya mantu…


    Majulah wahai mujahidahku,
    Jangan langsung buru-buru tutup pintu..
    Walaupun kau digoda pembantu*,
    Fitnah harus segera berlalu…

    Majulah wahai mujahidahku,
    Hari ini aku ingin mengkhitbahmu…
    Katakan pada orangtuamu,
    Jangan pernah tolak lamaranku...
    (Nyanyiin pake nada Hai Mujahid Muda-Izzis)

    Cinta yang tulus untuk kita,
    Adakah cinta yang membimbing ke surga...
    Dimana cinta tulus pada sesama,
    Dimana cinta yang tiada fitnah dunia,
    Adanya di PK Sejahtera...

    Lihatlah, Allah Maha Karya,
    Ciptakan bintang-bintang..
    Pembela Islam yang sempurna,
    Dari musuh-musuh hina,
    Yang kan redupkan cahaya iman dengan dunia...

    Kita telah siaga,
    Melawan aksi mereka,
    Karena syahid cita kita,
    Surga Allah impiannya,
    Semangat, tegakkan agama,
    Bela PK Sejahtera...
    (Nyanyiin pake nada Lagu Peterpan lah pokoknya, lupa judulnya, hhe..)

    Ada Apa Dengan Cinta...
    Cinta kepada Allah,
    Cintanya Rasulullah,
    Cintanya Ruhul Jihad kita...

    Wahai mujahid Allah,
    Bela shunnah Rasulnya,
    Hidup dalam agama,
    Harga diri akan mulia...
    (Nyanyiin pake nada OST.AADC)

    Aku tak biasa,
    Shalat fardhuku sendirian,
    Aku tak biasa,
    Bila shalat shubuhku kesiangan...

    Aku tak biasa,
    sehari tiada baca Qur’an,
    Aku tak biasa,
    Bila sepekan tiada pengajian...

    Aku tak biasa,
    Tak punya amalan unggulan,
    Aku tak biasa,
    Bila sebulan tiada demo di jalan...

    Aku tak biasa...
    Aku tak biasa...
    (Nyanyiin pake nada Aku tak biasa-Alda Risma)

    Hari ini, hari ini ada pengajian..
    Jangan ragu, jangan takut,
    Undang semua kawan..
    Walaupun modalnya panitia serba pas-pasan,
    Luruskan niat hanya Allah satu tujuan,
    Walaupun naik bisa kotanya berdesak-desakkan...

    Hai mujahid lihat yang duduk di depan kita,
    Wajahnya damai dan senyumnya cerah ceria,
    Walau terkadang bolos di kelompok ngajinya,
    Tetapi murrabi selalu berlapang dada,
    Ridha membantu seluruh proses ta’arufnya...

    Hari ini, hari ini ada pengajian...
    Jangan lupa pasang senyum yang manis menawan,
    Kasihan saat liat panitia kelelahan,
    Kasihan ada panitia yang pusing beneran,
    Ternyata pusingnya karena masih bujangan...

    Jadi panitia menyenangkan..
    Ada maksud yang disembunyikan...
    Silaturahmi yang diutamakan,
    Semoga ketemu yang diimpikan....
    Kalaupun jodoh wallahu ’alam...

    Hari ini, hari ini ada pengajian...
    Maafkan kalo kami terlalu mengesankan..
    Hati berdebar, kepala menjadi nyut-nyutan,
    Kami harus segera kembalikan pinjaman,
    Tapi yakin Allah akan mudahkan urusan...

    Hai mujahid kita jadi pusat perhatian,
    Walau panitia sibuk menghitung tagihan,
    Khawatir ada yang belum membayar iuran,
    Terkadang panitia pada kurang kerjaan,
    Tapi kita bantu saat mereka walimahan...

    Hari ini, hari ini ada pengajian..
    Mohon maaf kalo kami banyak kesalahan,
    Mohon diri kami harus segera pulang kandang,
    Di tempat tinggal kami masih banyak cucian,
    Maklum lah kami semua masih sendirian...

    Luruskan niat hanya Allah satu tujuan,
    Walau naik bis kotanya berdesak-desakkan...